Review Free Fire (2017) - Baku Tembak yang Sebenarnya!


Mungkin kalo kalian denger kata action, langsung kebayang dengan baku tembak yang menggelegar, tembak sana-sini ditambah ledakan yang besar. Tapi itu semua nggak bakal kalian dapetin di film ini. Dari awal bakal gw tekanin, buang jauh-jauh mindset kalian terhadap film action sebelum nonton film yang satu ini.

Awal film kita bakal dikenalin dengan geng Irlandia yang terdiri dari Chris (Cilian Murphy), Frank (Michael Smiley), Stevo (Sam Riley), dan Bernie (Enzo Cilenti). Geng Irlandia ini bakal ngelakuin transaksi senjata dengan geng yang dipimpin oleh Vernon (Sharlto Copley), kaki tangan Vernon sendiri terdiri dari Ord (Armie Hammer), Martin (Babou Ceesay), Harry (Jack Reynor), dan Gordon (Noah Taylor). Transaksi kedua geng ini sendiri diperantarai oleh Justine (Brie Larson).

Awalnya, transaksi berjalan lancar-lancar aja. Namun setelah ada kendala "salah kiriman senjata", transaksi kedua geng tersebut mulai kacau. Ditambah dengan masalah pribadi antar salah seorang anggotanya. Kekacauan mulai benar-benar terjadi disaat peluru pertama diletuskan oleh salah satu anggota. Dan kekacauan itu terus berlanjut karena nggak ada satupun dari kedua sisi yang mau mundur.


Emang, plot yang ada di film ini terlalu simple. Tapi, bukan plot yang jadi tujuan utama disini. Melainkan "cara" para anggota saling bertahan dan mencari tau apa sebenarnya yang terjadi di transaksi tersebut.

Film ini hanya dilakukan di satu set lokasi, iya kalian ngga salah baca, cuma satu set lokasi, di suatu gudang tua, dengan latar di Boston pada tahun 70an. Tempat yang cocok buat sebuah transaksi illegal.

Cuma satu set? Apa nggak bosen? Nah justru disini menariknya. Kalo kalian biasa ngeliat di film action lain orang yang kena tembakan cuma merintih kesakitan, lalu kembali beraksi lagi. Beda dengan Free Fire, disini kalo orang kena tembak, ya sesuai dengan kenyataan. Contohnya, kalo seseorang kena tembak di bagian kaki, sepanjang film pun dia bakal kesusahan buat jalan ataupun untuk berdiri. Dan kebanyakan dari anggota geng pun tertembak dibagian kaki, jadi sepanjang film kalian bakal banyak ngeliat masing-masing anggota bertahan satu sama lain nyari perlindungan, dengan cara merangkak.

Meski karakter utama difilm ini adalah Brie Larson, namun porsinya sendiri di film ini tidak terlalu banyak. Justru side-character kaya Harry dan Stevo lebih banyak ngasih kesan dibanding Justine sendiri. Tapi tetap, big applause tetap diberikan kepada Vernon, dengan aksen Swiss... Atau Austria? (You'll understood this reference after watching the movie). Vernon, dengan gaya khas 70annya sukses bikin kita semua terhibur karena dialeknya, lawakannya, dan tentunya tingkah lakunya.

Oh am i forgot something? Gw lupa ngasih tau kalo ini lebih cocok dibilang comedy action dibanding action comedy. Karena porsi comedy yang luar biasa banyaknya ditambah dengan umpatan the f-word yang melebihi 100 kali ucapan!
Jadi jelas, ini bukan film yang cocok buat anak-anak. Selain umpatan yang bertebaran, kekerasan yang ditampilin pun sangat eksplisit. Nggak heran film ini dapet rating 21+ di salah satu jaringan bioskop nasional.

Film ini bukanlah sebuah film yang harus banget kalian tonton. Tapi, gw yakin kalian akan mendapat pengalaman baru terhadap sebuah film kalo kalian nonton film ini. Dan jika kalian berminat untuk nonton, gw sangat menyarankan kalian untuk nonton lebih dahulu film Reservoir Dogs karya Quentin Tarantino. Karena gw ngerasa kalo kedua film ini punya vibes yang ngga jauh beda.


Comments

Popular posts from this blog

[Full Album Download] Stand Up And Scream - Asking Alexandria

Kenapa Harus IMAX?

Blade Runner 2049 (2017) Review - Karya Para Maestro